Kisah Tiga Orang Bani Israil
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Kisah Tiga Orang Bani Israil merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 6 Rajab 1443 H / 8 Februari 2022 M.
Kisah Tiga Orang Bani Israil
Kisah tiga orang Bani Israil mengandung banyak sekali faedah. Di antara yang paling penting adalah kewajiban mensyukuri kelebihan-kelebihan yang Allah berikan. Ketika kita dapat lebih jangan lupa masa kita kurang. Hal ini sangat penting, yaitu menanamkan dalam diri mereka jiwa bersyukur, menerima karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rasa syukur hingga ia bisa memanfaatkan segala kelebihan itu untuk kebaikan. Karena tidak semua orang yang Allah berikan kelebihan ternyata digunakan untuk kebaikan. Banyak juga yang menggunakannya untuk kejahatan dan keburukan.
Ini sesuatu pelajaran yang disampaikan Nabi yang dipetik dari kisah Bani Israil. Nabi berkata bahwa dahulu ada tiga orang Bani Israil. Yang satu kena penyakit kusta, yang satu lagi terkena penyakit alopecia (gugur rambutnya hingga botak), dan yang satu lagi buta.
Disamping sakit, mereka juga miskin. Tentunya orang miskin yang sakit tidak bisa berobat, mereka sabar menjalani sakit. Mereka diuji dengan kemiskinan dan penyakit. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
فَأَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ
“Kemudian Allah ingin menguji mereka.”
Di sini timbul satu pertanyaan, bukankah mereka sudah diuji? Lalu ujian apa lagi yang hendak diberikan kepada mereka? Bukankah mereka telah diuji dengan sakit dan bukankah mereka juga sudah diuji dengan kemiskinan? Tapi Nabi mengatakan bahwa Allah ingin menguji mereka. Tentunya ujian yang akan Allah berikat pasti lebih berat daripada ujian yang telah mereka jalani.
Maka di sini perlu kita ketahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji kita dengan dua bentuk ujian. Allah mengatakan:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Semua yang hidup pasti merasakan mati. Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan dan kepada Kami-lah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya[21]: 35)
Jadi Allah menyebut di sini dua bentuk ujian, yaitu ujian berupa keburukan dan ujian berupa kebaikan. Sehingga ujian itu bukan hanya satu yang kita pandang buruk dan kita anggap sebagai musibah lalu kita katakan ‘Saya diuji Allah’. Tapi kebaikan-kebaikan yang Allah berikan juga itu merupakan ujian.
Kebanyakan orang kalau sakit dia mengatakan ‘Saya sedang diuji Allah’, tapi kalau dia diberi sehat maka tidak ada orang yang berkata ‘Saya sedang diuji Allah’ karena orang tidak merasa diuji ketika sehat sehingga banyak yang tertipu dengan ujian sehat.
Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat yang banyak memperdaya manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Ini adalah nikmat kebaikan tapi juga sekaligus juga ujian. Dan kalau kita lihat ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan keburukan lebih dulu baru menyebutkan kebaikan. Ini urutan ujian, yaitu ujian yang ringan kemudian ujian yang lebih berat. Ternyata ujian dengan kebaikan itu jauh lebih berat daripada ujian berupa keburukan.
Contohnya sakit dan sehat. Ketika kita diuji dengan sakit mungkin kita ingat Allah, kita pun berdoa dengan khusyuk, kita pun mungkin beramal shalih karena ingin sembuh. Namun ketika sehat, mungkin semua ibadah-ibadah itu tidak kita lakukan. Ketika orang diuji dengan sakit, mungkin karena ketidakmampuan dan kelemahannya dia tidak berdaya melakukan keburukan. Maka ujian kebaikan itu lebih berat daripada ujian keburukan. Celakanya manusia baru merasa diuji kalau diuji dengan keburukan. Tapi kalau diberi kebaikan dia tidak merasa diuji, bahkan dia menganggap Allah sayang dia, padahal belum tentu.
Bagaimana kelanjutan kisah tiga orang Bani Israil ini? Mari download dan simak mp3 kajiannya.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51386-kisah-tiga-orang-bani-israil/